30 January 2012

Kisahku dimulai di sini

Kadang yang sudah kita rencanakan tidak berjalan baik, Allah menghendaki itu agar kita bergerak dinamis dalam menjemput takdir dan membuka kesadaran kita kalau yang kita anggap baik belum tentu Allah menganggapnya sama

Pagi itu suasana dikantor cukup hangat, saya duduk terpaku di depan komputer kantor tuk menyelesaikan project dari bos besar. Dia minta dibuatkan rancangan mesin press dengan pressure load 100 ton. Sebenarnya desainnya sudah rampung, tinggal lakukan sedikit penyesuaian soft drawing nya. Tiba-tiba ketenangan pagi itu agak terusik, kita kedatangan tamu besar, client dengan project $1.3 Juta. Mereka datang jauh-jauh dari Surabaya untuk memastikan kembali keberlangsungan proyek, memang ada sedikit miss komunikasi sehingga harus diselesaikan langsung di satu meja. Cerita detilnya panjang banget, nda mungkin diceritakan disini. Intinya kejadian hari itu merubah paradigma kami (seluruh karyawan perusahaan) untuk secepatnya memisahkan diri dari perusahaan. Dan akhirnya pada Januari 2012 seluruh karyawan resmi resign.

Kondisi yang tiba-tiba seperti ini bener-bener bikin bingung. Tanpa persiapan dan rencana tiba-tiba status berubah nganggur. Kondisi ini memaksa saya tuk befikir keras mendesain ulang masa depan. Rencana-rencana yang sudah tersusun rapi sejak awal terpaksa di revisi habis-habisan, dan yang pasti harus mulai memikirkan pekerjaan selanjutnya.


Sebenarnya pekerjaan saya di perusahaan sebelumnya cukup nyaman, setidaknya dua peran yang saya kerjakan, sebagai production process preparation  dan design engineer. Sangat familiar dengan CNCkad, Fastcam dan Autodesk Inventor. Selama 8 bulan disana, saya merasakan bahwa design engineer merupakan jalan hidup saya. Waktu di kampus pun begitu, bisa dibilang masternya Pro Engineer di Mesin-2007 adalah saya ^^, dan saat dikampus pun banyak proyek-proyek desain yang mau nda mau memaksa mahasiswa menguasai software  3D CAD. Saat dikantor, hanya lakukan sedikit penyesuaian karena antara Pro Engineer dan Autodesk Inventor nda terlalu signifikan perbedaannya.

Namun.....................

Setelah resign, muncul ingatan pada seseorang yang saya sudah anggap sebagai kakak saya sendiri, beliau adalah bang Ibnu Sulton Damiat. Seorang senior mechanical rotating engineer yang saat ini kerja di Tripatra. Kita pertama kali ketemu saat pelaksaan tafakul alam Rohis Teknik. Dan akhirnya berlanjut karena saya minta ke beliau untuk membimbing mentoring untuk anggota rohis teknik saat itu. Beliau pun nda segan kalau saya mau konsultasi masalah pelajaran, khususnya GETARAN MEKANIK (amit-amit deh), susahnya bukan main, ribet, ngejelimet. Kita masih terus komunikasi sampai sekarang walaupun sudah sekitar hampir dua tahun nda ketemu (beliau sibuk banget).

Suatu hari sambil buka-buka lowongan di situs pencari kerja, iseng-iseng buka YM. Ternyata bang Ibnu sedang online. Saat itu kesempatan untuk curhat, dan akhirnya beliau sarankan tuk belajar PDMS (Plant Design Management System). Dalam hati berkata.. "PDMS apaan sih....????", tanpa banyak tanya saya langsung cari lembaga training yang mengajarkan PDMS. Alhamdulillah ketemu.. Setelah mencari, meneliti, dan mempertimbangkan, akhirnya pilihan jatuh ke lembaga pelatihan ApGreid Oil & Gas Design Course.Lembaga ini besutan mas Heru Prasadja, senior struktur engineer yang saat ini sudah pensiun dan fokus mengembangkan lembaga pelatihan oli and gas. Beliau juga sedang menulis Buku Pintar Karir Oil And Gas

Hari itu juga saya telepon mas Heru untuk menanyakan program yang tersedia. Awalnya ingin belajar PDMS, ternyata mas Heru sarankan untuk ambil PSA (Piping Stress Analysis), katanya lebih cocok tuk engineer sedangkan PDMS untuk drafter. Yasudah lah, karena beliau ahlinya, saya ikuti sarannya. Saat itu juga teringat teman-teman satu geng. Kayaknya asik nih kalau kita belajar bareng, siapa tau jodoh, kita semua berkarir di industri migas.
Kisah terbentuknya geng tersebut (lebih tepatnya kelompok belajar) yang kita namakan The Avatar Engineer (terinspirasi dari serial The Last Air Bender) seperti ini. Saat kuliah semester 3, terjadi perombakan kurikulum. Ada satu mata kuliah baru yang agak aneh memang namun menarik, yaitu INTEGRATED PROJECT. Mata kuliah bobotnya 6 sks yang di bagi dalam 4 semester (1 sks di semester ganjil dan 2 sks disemester genap). Dalam mata kuliah ini, mahasiswa dilatih untuk membuat project design dari mulai perencanaan, design, analysis, hingga pembuatan moke up (miniatur). Nah saat itu diminta untuk membuat kelompok dengan anggota 5 orang per kelompoknya,. Disitulah saya ketemu Fajar Arie Saputra, Randi Leo Putra, Mochamad Aripin, dan Dimas Erwin Kurniawan. Kebersamaan kita berlanjut hingga hari ini. Saat ini  4 dari kita sudah lulus. Saya dan Fajar rampung kuliah di semester 7 dan diwisuda April 2011, Randi dan Arip selesai 8 semester dan wisuda September tahun yang sama. Dimas.... masih betah dikampus, sedang menyelesaikan tugas akhirnya dan Februari ini sidang. Semoga Allah permudah.
Setelah mendapatkan informasi training PSA, saya buru-buru hubungi anggota geng yang lain, saat itu yang bisa di hubungi hanya Fajar dan Randi, Arip lagi mondok (nyantri di pesantren, kegiatan rutin yang selalu dia lakukan kalau lagi libur semester) dan Dimas sibuk bantu usaha kakak perempuannya. Fajar dan Randi tertarik dan memutuskan untuk ikutan training hari itu juga. Jadilah kita bertiga saat ini mencoba merubah nasib, memasuki industri yang "nampaknya" menjadi impian para engineer untuk berkarya. Training pertama dimulai Ahad, 22 September 2012.

Sebenarnya saya pribadi agak khawatir, karena piping bisa dibilang hal baru bagi saya dan kedua teman saya. Saat pertama kali datang ke pelatihan, rata-rata peserta sudah bekerja di industri migas, dan sudah memahami betul mengenai pemipaan. Mereka ikut pelatihan tersebut untuk menambah pemahaman atau ingin loncat menjadi piping strees engineer. Bahkan dari mereka ada yang sudah ikut pelatihan PDMS dan Proces Engineer.. f(^o^).

Kebulatan tekad saya untuk memasuki industri migas begitu kuat. Bukan hanya karena gajinya yang cukup lumayan bila dibandingkan dengan industri lain seperti manufaktur atau trading. Peran seorang engineer dalam industri migas cukup signifikan dan karena peran itulah mereka dihargai lebih dibandingkan industri lainnya. Kesempatan untuk berkarir overseas juga terbuka lebar karena standar engineer di industri migas adalah sama diseluruh dunia. Banyak kok perusahaan EPC Indonesia yang mengerjakan project dari perusahaan asing, dan semua itu dikerjakan oleh engineer lokal.
 
Kendatipun, semua biar Allah lah yang menentukan. Saat ini saya dan teman-teman hanya bisa berjuang. Ikhtiar kita dengan belajar sebaik-baiknya, setelahnya Allah punya kuasa. Mimpi sudah mulai dipolakan, banang sudah di masukkan dalam jarum, dan saat ini perlahan-lahan mimpi tersebut dirajut dengan harap Allah permudah semuanya, harapku disaat rajutan itu selesai dengan sempurna, lalu dibiingkai dengan frame terbaik dan akhirnya dipajang untuk dinikmati keindahannya. Keberadaannya menginspirasi orang lain untuk membuat hal serupa.

man jadda wa jada.... Insya Allah BISA.....!! ^^


Jakarta
Januari, 2012


No comments:

Post a Comment